|
BELAJAR
Dari
si
PENEBANG POHON
Terkadang kita selalu mengganggap bahwa diri kita sudah tahu akan banyak
hal, sehingga tidak memedukan
lagi masukan dari orang lain atau pun membaca beberapa buku atau informasi lainnya. Ini salah satu sifat yang
negatif dalam diri kita sehingga sikap tersebut bukan membawa kemajuan
atau perkembangan dalam diri tetapi malah membawa kemunduran dan semakin membuat diri tidak 'PD'
(kurang percaya diri). Mungkin kita
semua bisa belajar dari hikmah cerita si
penebang kayu ini....
Alkisah, seorang pedagang
kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon
di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima
sangat baik,
sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin.
Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus
diselesaikan
dengan target waktu yang telah ditentukan
kepada si penebang pohon.
Hari pertama bekerja, dia
berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian
dengan tutus, "Hasil kerjamu
sungguh luar bliasal Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon
itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti
itu."
Sangat termotivasi oleh pujian majikannya,
keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya
berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap
tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya
hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. "Sepertinya
aku telah kehilangan
kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat
mempertanggung jawabkan
hasil kerjaku kepada majikan?" pikir penebang
pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala
tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak
mengerti apa yang telah terjadi.
Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, "Kapan terakhir kamu mengasah kapak?"
"Mengasah kapak? Saya
tidak punya waktu untuk itu. Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat
tenaga," kata
si penebang.
"Nah, di sinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil
luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak
yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, Sesibuk apa pun, kamu
harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Sekarang
mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!" perintah sang
majikan.
Sambil mengangguk-anggukan kepala dan
mengucap terima kasih, si penebang
berlalu dari
hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak.
Istirahat bukan berarti berhenti.
Tetapi untuk menempuh perjalanan
yang lebih jauh lagi.
Sama seperti si
penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk,
sehingga seringkali melupakan sisi lain yang
sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi
hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual.
Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehiclupan
kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru!!!
Nah sekarang bagaimana dengan
teman-teman semua....? Ingin teru’s maju ... atau
cukup berjalan ditempat sajaz?
Perubahan anda esok hari anda ditangan anda sendiri .... Tentukan Pilihan dan
Putuskan....
Perubahan anda esok hari anda ditangan anda sendiri .... Tentukan Pilihan dan
Putuskan....
Dari says untuk kita semua...
Salam sukses............... Ma’an Najah
Hajir Al-Asyi...........
Ilal liqa’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar