Jumat, 28 Januari 2011

NASEHAT KEHIDUPAN





Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya.

Pak tua bijak hanya mendengarkan degann seksama, lalu Ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan,
"Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya ", ujar pak tua
"Pahit, pahit sekali ", jawab pemuda itu sambil meludah ke samping
Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga belakang rumahnya.

Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya sampai ke tepi telaga yang tenang itu.
Sesampai disana, Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya.


"Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah." Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya,
"Bagaimana rasanya ?"
"Segar", sahut si pemuda.
"Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?" tanya pak tua
"Tidak, " sahut pemuda itu.

Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata:
"Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yang kamu dapat lakukan; Lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu".

Pak tua itu lalu kembali menasehatkan:
"Hatimu adalah wadah itu; Perasaanmu adalah tempat itu; Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yg mampu menampung setiap kepahitan itu, dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian. Karena Hidup adalah sebuah pilihan, mampukah kita jalani kehidupan dengan baik sampai ajal kita menjelang? Belajar bersabar menerima kenyataan adalah yang terbaik.”

Sahabatku yang bijaksana,

Sebagian dari kita mungkin pernah memakan apel. Apel sendiri banyak variannya. Puisi berikut bercerita tentang apel. Yang mana dari sebuah apel bisa muncul sebuah nasehat bagi diri kita. Agaknya kita diajarkan untuk bijaksana memanfaatkan waktu. Waktu yang sangat singkat dan berjalan sangat cepat. Sebab kita tidak tahu kapan akan matang, kapan akan dipetik atau bahkan kapan kita dimakan ulat. Oleh karenanya sebisa mungkin isilah waktu dengan hal berguna. Sebab ketika buah apel berlaku sesuai dengan waktu yang telah ditentukan maka ia akan matang dan manis rasanya. Dan sebaliknya akan pahit dan tidak menyenangkan bila telah tua dan terjatuh  di tanah.

Dengan adanya puisi ini , Semoga bisa menginspirasi dan memotivasi Sahabat sekalian.  Apel banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan manfaatnya bagi tubuh manusia. Jadilah manusia yang dibutuhkan karena bermanfaat bagi orang - orang disekeliling kita karena kebaikan yang kita miliki.  Selamat membaca dan semoga harimu baik! :-)


======================================

NASEHAT APEL

-------------------------------------------------------------------

Ini kisah apel punya
Merah warna manis rasa
Rasa suka hati ria
Ria riang hati senang

    Tatap tangkai lemah terkulai
    Dari pohon seakan melambai
    Hijau daun tenang rimbun
    Dalam tanah akar tertimbun

Apel muda nampak nikmat
Disantap bersama kawanan bunga
Masa muda sangatlah singkat
Kini remaja esok telah renta

    Ulat kecil memanggil teman
    Habiskan isi tersisa senyum
    Ingat muda hati tertegun
    Dikala tua terpuji belum

Apel batu keras kulitnya
Hijau warna kemilau cahaya
Dari mana amal bermula
Dari muda hingga ke senja

------------------------------------------------------------

Sebagai manusia biasa mungkin tidak banyak yang bisa saya bagikan pada Sahabat. Melalui sedikit tulisan saya dalam blog ini semoga bisa memunculkan semangat serta motivasi dalam diri Sahabat untuk tidak bosan - bosannya berbuat kebaikan dimuka bumi.

Melalui semangat berkarya mari kita tingkatkan persatuan diatas perbedaan, bagikan kebaikan kepada sesama serta wujudkan impian menjadi kenyataan. Semoga hari ini penuh dengan amalan kebaikan. Semangat !!!!!

Penjual Minyak Wangi dan Seuntai Kalung

Seorang pemuda tiba di Baghdad dalam perjalanannya menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Ia membawa seuntai kalung senilai seribu dinar. Ia sudah berusaha keras untuk menjualnya, namun tidak seorang pun yang mau membelinya. Akhirnya ia menemui seorang penjual minyak wangi yang terkenal baik, kemudian menitipkan kalungnya. Selanjutnya ia meneruskan perjalanannya.
Selesai menunaikan ibadah haji ia mampir di Baghdad untuk mengambil kembali kalungnya. Sebagai ucapan terima kasih ia membawa hadiah untuk penjual minyak wangi itu.
“Saya ingin mengambil kembali kalung yang saya titipkan, dan ini sekedar hadiah buat Anda,” katanya.
“Siapa kamu? Dan hadiah apa ini?,” tanya penjual minyak wangi.
“Aku pemilik kalung yang dititipkan pada Anda,” jawabnya mengingatkan.
Tanpa banyak bicara, penjual minyak wangi menendangnya dengan kasar, sehingga ia hampir jatuh terjerembab dari teras kios, seraya berkata, “Sembarangan saja kamu menuduhku seperti itu.”
Tidak lama kemudian orang-orang berdatangan mengerumuni pemuda yang malang itu. Tanpa tahu persoalan yang sebenarnya, mereka ikut menyalahkannya dan membela penjual minyak wangi. “Baru kali ada yang berani menuduh yang bukan-bukan kepada orang sebaik dia,” kata mereka.
Laki-laki itu bingung. Ia mencoba memberikan penjelasan yang sebenarnya. Tetapi mereka tidak mau mendengar, bahkan mereka mencaci maki dan memukulinya sampai babak belur dan jatuh pingsan.
Begitu siuman, ia melihat seorang berada di dekatnya. “Sebaiknya kamu temui saja Sultan Buwaihi yang adil; ceritakan masalahmu apa adanya. Saya yakin ia akan menolongmu,” kata orang yang baik itu.
Dengan langkah tertatih-tatih pemuda malang ini menuju kediaman Sultan Buwaihi. Ia ingin meminta keadilan. Ia menceritakan dengan jujur semua yang telah terjadi.
“Baiklah, besok pagi-pagi sekali pergilah kamu menemui penjual minyak wangi itu di tokonya. Ajak ia bicara baik-baik. Jika ia tidak mau, duduk saja di depan tokonya sepanjang hari dan jangan bicara apa-apa dengannya. Lakukan itu sampai tiga hari. Sesudah itu aku akan menyusulmu. Sambut kedatanganku biasa-biasa saja. Kamu tidak perlu memberi hormat padaku kecuali menjawab salam serta pertanyaan-pertanyaanku,” kata Sultan Buwaihi.
Pagi-pagi buta pemuda itu sudah tiba di toko penjual minyak wangi. Ia minta izin ingin bicara, tetapi ditolak. Maka seperti saran Sultan Buwaihi, ia lalu duduk di depan toko selama tiga hari, dan tutup mulut.
Pada hari keempat, Sultan datang dengan rombongan pasukan cukup besar. “Assalamu’alaikum,” kata Sultan.
“Wa’alaikum salam,” jawab pemuda acuh tanpa gerak.
“Kawan, rupanya kamu sudah tiba di Baghdad. Kenapa Anda tidak singgah di tempat kami? Kami pasti akan memenuhi semua kebutuhan Anda,” kata Sultan.
“Terima kasih,” jawab pemuda itu acuh, dan tetap tidak bergerak.
Saat Sultan terus menanyai pemuda ini, rombongan pasukan yang berjumlah besar itu maju merangsak. Karena takut dan gemetar melihatnya, si penjual minyak wangi jatuh pingsan. Begitu siuman, keadaan di sekitarnya sudah lengang. Yang ada hanya sang pemuda, yang masih tetap duduk tenang di depan toko. Penjual minyak wangi menghampirinya dan berkata:
“Sialan! Kapan kamu titipkan kalung itu kepadanya? Kamu bungkus dengan apa barang tersebut? Tolong bantu aku mengingatnya.”
Si Pemuda tetap diam saja. Ia seolah tidak mendengar semuanya. Penjual minyak wangi sibuk mondar-mandir kesana kemari mencarinya. Sewaktu ia mengangkat dan dan membalikkan sebuah guci, tiba-tiba jatuh seuntai kalung.
“Ini kalungnya. Aku benar-benar lupa. Untung kamu mengingatkan aku,” katanya.
Sumber: Akhbar Adzkiya, Ibn Al-Jauzi

Selasa, 25 Januari 2011

Pendidikan Berkualitas = Pendidikan Mahal


Secara tidak sengaja ketika saya mencari data di Dinas Pendidikan Provinsi DIY saya bertemu dengan salah satu pegawai yang ternyata (setelah saya tahu kemudian) punya jabatan penting di kantor Dinas Pendidikan tersebut. Setelah basa-basi sejenak dan memperkenalkan diri, beliau mengajukan pertanyaan kepada saya:
“Mas, jika benar bahwa 20% dari Anggaran Negara dan Anggaran Daerah dialokasikan ke Pendidikan, menurut mas itu akan jadi bagaimana?”
Saya tidak begitu paham dengan arah pertanyaan itu, tetapi saya tahu bahwa beliau tidak hendak mendengar jawaban saya. Sebagaimana model orang tua lainnya, posisi saya pada akhirnya akan menjadi pendengar pendapat beliau.
“Kalau saya, Pak. Tentu saja untuk penerima manfaat yang paling akhir, yakni siswa, atau murid, atau siapapun dari masyarakat yang memang pemegang hak utama atas anggaran.”
“Ya, kalau itu saya tahu mas. Hanya saja saya heran saat ini banyak yang tidak paham mengapa anggaran pendidikan itu butuh porsi rupiah yang besar. Kalau kita ingin negara kita maju, pendidikan kita maju, tentunya jumlah anggaran 20% itu bukan hal yang neko-neko.Tentunya dengan anggaran yang besar, akan bisa mensejahterakan guru, akan ada sarana dan prasarana yang berkualitas dan juga riset yang bisa dibiayai dengan baik”
“ …Dan , kemudian membuat siapapun, termasuk orang miskin, bisa masuk sekolah, Pak?”
“Yah, terjangkau lah. Memang, pada intinya, pendidikan yang berkualitas itu mahal. Itu yang saya garis bawahi. Dari segala-galanya: ekonomi, daya jangkau dan lain sebagainya. Kalaupun orang miskin ingin dapat yang berkualitas, ini masalah subsidi dan jangkauan, Mas.
“Berarti yang murah itu tidak berkualitas, begitu pak?”
“Ya kalau ada yang murah berkualitas, itu anomali, mas. Hahaha….Bayangkan lah: kalau murah, maka tenaganya murahan, tidak bisa beli sarana dan prasarana, tidak bisa membiayai guru yang profesional, tidak bisa melakukan riset, dan juga tidak bisa menjawab tantangan masa depan, Mas…”
“Bagaimana dengan hak orang miskin untuk mendapatkan pendidikan murah, Pak? Kalau dari pendapat Bapak, sepertinya tempat mereka kok rentan sekali dan sangat bergantung dari bagaimana si kaya ataupun si pintar memiliki sikap yang pilantropik ataupun provetik.”
”Ya disinilah persoalannya, Mas. Pintar saja tidak cukup. Pintar itu harus kaya kalau mau survive. Sejauh negara kita masih miskin, maka akan susah melakukan pendidikan yang ideal dan bermanfaat untuk semua.Itu kenyataan, Mas.”
Diskusi ini berakhir dengan salam dan tanpa kesimpulan. Beliau bertemu dengan orang yang ditunggunya dan saya mesti wawancara dengan orang lain di dinas itu. Kami berpisah untuk mengurus urusan kami sendiri-sendiri.

***
 Selepas itu, saya tidak habis pikir jika pernyataan tersebut terlontar dari seseorang yang bekerja di Dinas Pendidikan DIY. Mungkin saja bahwa hal itu hanya keluar dari satu orang dinas dan tidak mewakili keseluruhan pendapat setiap mahluk berseragam, abdi negara yang mengurus masalah pendidikan  Indonesia. Bayangkan jika pikiran ini menjangkiti setiap pegawai dinas, wah, tentunya bagian yang paling tergerus oleh kepongahan lembaga pendidikan  di Indonesia adalah yang paling besar. Bagian besar itu adalah kaum miskin, kaum pedesaan, kaum perempuan dan juga suku-suku pedalaman yang menghirup sebagian besar udara di Indonesia.
Kenyataan mahalnya sekolah, mahalnya masuk kursus, mahalnya mendapatkan pengajaran lewat  lembaga pendidikan di indonesia memang tidak bisa ditolak. Perguruan tinggi swasta sudah sejak lama mahal. Perguruan tinggi negeri, tentunya, sudah tidak bisa lagi menerima kaum kere, kecuali kaum kere itu memang pintarnya di luar akal normal. SMA, tentu saja tidak ada yang gratis. Rata-rata orang tua paling tidak menyediakan 30 ribu rupiah per minggu untuk uang saku dan praktek anaknya. SMP dan SD di beberapa daerah sudah gratis, tetapi masih ada keluhan ketika ada paket LKS masih harus membayar, urunan untuk ini itu dll.
Sekalipun pendidikan digratiskan, benarkah bahwa itu sudah menjamin kualitas yang baik? Ternyata di Indonesia ini tidak ada jaminan bahwa sekolah murah akan menjamin kualitas pendidikan di dalamnya. Yang berlaku: kalau mau mendapat pendidikan yang baik, tentulah harus dengan harga mahal untuk bisa meraihnya. Makanya, sekolah-sekolah internasional, sekolah-sekolah alam, dengan berbagai materi terbaru macam quantum learning, internet, dll adalah sekolah-sekolah yang menjadi  negeri khayangan bagi anak-anak jalanan, orang-orang desa dlsb. Sebaliknya, jika memang hanya punya duit pas-pasan, ya terima saja pendidikan sesuai kurikulum di Indonesia dengan standard Indonesia.
Di Jogja, kota pelajar, betapa banyak sekolah-sekolah tersebar di sana-sini dengan mematok rupiah yang tinggi untuk mendapatkan kualitas. Brosur-brosur, leaflet, pengumuman, iklan surat kabar dan banyak lagi seolah memberi garis bawah bahwa yang berkualtas itu ya mesti mahal
Saya mencoba mengilustrasikannya secara kasar sebagai berikut:  
 

Terlukis di sana bahwa hampir semua variabel penunjang mutu pendidikan selalu bernilai uang (lihat tanda dollar). Artinya, tercukupinya, terpuaskannya sebuah pendidikan yang berkualitas selalu berawal dari terpenuhinya variabel-variabel rupiah. Jika sudah demikian, maka  rantai pendidikan sebagaimana di bawah ini kapan berakhirnya?©
 
Pendidikan digunakan agar yang dididik menjadi siap pakai (baca: untuk mencari uang). Semakin tinggi pendidikan, asumsinya akan mendapatkan uang yang semakin besar. Padahal, uang yang semakin besar itu diperlukan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas. Di sisi lain, jika pendidikan rendah, murah, akan menyebabkan output yang tidak kompetitif, tidak mampu bersaing dan akhirnya kalaupun menghasilkan uang juga tidak seberapa. Uang yang tidak seberapa tidak akan bisa membiayai pendidikan yang tinggi. Berikut ada skema di salah satu blog yang melihat bahwa tujuan pendidikan secara praktis adalah menghasilkan tenaga siap pakai (seperti konsepsi yang dibangun mantan mendiknas Wardiman Joyonegoro)


Apa yang salah dari lingkaran di atas?Mengapa semuanya menjadi sangat natural dan tidak tersangkalkan?



***


Berbicara pendidikan adalah berbicara tentang bagamana manusia bisa dibentuk, bisa pandai, bisa menjawab tantangan hidup dll. Islam menyebutnya sebagai membentuk manusia yang beramal soleh, artinya bisa bermanfaat dan bisa menjauhkan dari mudharat. Maka, untuk itu komoditas pendidikan adalah ilmu dan pengetahuan tentang sesuatu.
Proses pembelajaran di dalam suatu lembaga pendidikan bertujuan untuk mendidik seseorang agar pengetahuan dan keterampilannya bertambah. Ilmunya bertambah sehingga dia punya modal  pemikiran untuk menjawab semua tantangan hidup yang berkaitan dengan keilmuannya itu.
Mari kita gunakan bahasa yang lebih sederhana: pendidikan adalah merubah manusia yang bodoh menjadi pandai. Pendidikan mengetik membuat manusia yang tidak bisa mengetik menjadi mahir mengetik. Pendidikan Bahasa Inggris membuat manusia yang tidak bisa berbahasa Inggris menjadi bisa berbahasa Inggris. Pendidikan Ekonomi membuat manusia yang tadinya berpotensi miskin menjadi manusia yang berpotensi kaya. Pendidikan  Kedokteran merubah manusia yang tadinya tidak bisa menolong orang sakit menjadi manusia yang bisa menolong orang sakit.
Saya perlu menambahkan teknologi dalam bahasan ini, karena ternyata dalam konteks pendidikan modern, variabel teknologi ternyata tidak bisa dikedepankan. Apakah teknologi itu? Teknologi adalah cara, metode, dalam bentuk sederhana maupun kompleks, berbentuk pemikiran maupun dalambentuk kasab mata berupa peralatan, sehingga kerja-kerja manusia, kegiatan-kegiatan manusia berubah menjadi lebih baik lagi. Makanya, perkembangan pendidikan akan berjalan seiring dengan perkembangan zaman. Sementara perkembangan zaman berjalan seiring dengan perkembangan teknologi. Sederhananya, teknologi membuat sesuatu yang tadinya sukar menjadi tersiasati dan berubah jadi lebih mudah.
Kalau sudah demikian ideal, bukankah semestinya pendidikan akan bersifat universal dan semua orang berhak memperolehnya, termasuk orang miskin. Lalu bagaimana logikanya ketika orang miskin seolah tidak bisa dan tidak berhak mendapat pendidikan?
Di sinilah persoalan keberpihakan dari pemegang kebijakan pendidikan dalam sebuah masyarakat  harus dibereskan

Dimensi Mutu Pendidikan

Mesjid sultan Omar

Senin, 24 Januari 2011

Pepatah bijak | Nasehat bijak

Belajar bagaimana cara belajar adalah keahlian terpenting dalam hidup ~ Tony Buzan ~
Belajar tanpa berpikir tidak berguna. Berpikir tanpa belajar berbahaya ~ Unknown ~
Dengan belajar anda akan mengajar, dengan mengajar anda akan belajar ~ Peribahasa Latin ~
Belajar tidak akan berarti apa-apa,sampai terjadi perubahan perilaku ~ Pepatah Bijak ~
Saya belajar bahwa butuh bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan, tetapi hanya semenit untuk menghancurkannya ~ Unknown ~
Siapa saja yang berfikir dia terlalu penting sehingga tidak mau melakukan tugas-tugas kecil mungkin terlalu kecil untuk tugas-tugas penting ~ Unknown ~
Hampir semua pria memang mampu bertahan menghadapi kesulitan. Namun, jika Anda ingin menguji karakter sejati pria, beri dia kekuasaan ~ Abraham Lincoln ~
Nikmati hal-hal kecil, pada suatu hari anda mungkin akan melihat ke belakang dan menyadari bahwa itu adalah hal yang besar ~ Unknown ~
Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. Karena itu, keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebuah kebiasaan ~ Aristoteles ~




Jika anda sukses berbagilah kepada yang lain, jika anda gagal tanyakanlah pada diri anda mengapa anda gagal ~ Unknown ~
Tugas kita bukanlah melihat yang samar-samar dikejauhan, tetapi mengerjakan yang sudah ada didepan mata ~ Thomas Carlyle ~
Daripada mengutuk kegelapan lebih baik ambil sebatang lilin untuk dinyalakan. daripada menyalahkan keadaan lebih baik melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan ~ Pepatah Bijak Cina ~
Hasil yang mungkin anda dapatkan proporsional dengan resiko yang anda ambil. Karena itu berani mengambil resiko yang diperhitungkan merupakan kunci awal dalam dunia usaha, Sebuah resiko yang diperhitungkan dengan baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil. Dan inilah faktor penentu yang membedakan ‘entreprenneur’ dengan ‘manajer’. Entrepreneur akan lebih dibutuhkan pada tahap awal pengembangan perusahaan, dan manajer dibutuhkan untuk mengatur perusahaan yang telah maju ~ Nasehat Bijak ~

hidup adalah perjuangan

Anakku….

Hidup yang kamu jalani tidaklah selalu mulus, ibarat botol kosong yang dilempar kedalam lautan, kadang kala dia tenggelam seperti tak kembali, tiba-tiba dia muncul lagi di atas. Jika kamu berpegang kepada Tali Allah, kadangkala kamu di beri ujian berat, tenggelam seperti botol itu, tapi kamu akan tetap di atas walau dalam pandangan manusia tidak kelihatan, waktu akan membawa kamu kembali ke puncak.

Anakku…

Pernah kamu lihat tanaman anggur? Supaya dia berbuah harus dipangkas terlebih dulu seluruh daun-daunnya. Dalam menggapai kebenaran, Tuhan menguji hamba-Nya dengan derita dan kesusahan, harta kita habis seperti yang dialami oleh Nabi Ayub alaihisalam. Apa yang diambil Tuhan dari sisimu akan dikembalikan lagi dengan yang lebih baik menurut-Nya. Tuhan berjanji kepada hamba-Nya, hilang akan diganti kalaupun kurang akan ditambahi.

Anakku….

Janganlah engkau meminta kepada manusia karena akan mengurangi kepasrahanmu kepada Tuhan. Mintalah segala sesuatu kepada Tuhan. Sesunguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Barangsiapa yang pasrah kepada-Nya maka Dia akan mencukupi segala kebutuhannya dan Dia akan mendatangkan rizki dari jalan yang tidak pernah kita duga.

Anakku…

Kita tidak bisa melawan syetan, jangankan abangnya syetan, anak syetanpun tidak bisa kita lawan. Bagaimana mau melawan sesuatu yang tidak bisa kita lihat sedangkan dia terus mengawasi kita. Tidak ada jalan keluar kecuali selalu ber zikir kepada Tuhan. Karena sesungguhnya yang ditakuti syetan itu cuma Allah semata.

Anakku….

Tidak ada derita atas nama cinta. Para Nabi dan orang-orang pilihan Tuhan yang tercatat dalam al-Qur’an itu terkenal karena apa? Terkenal dengan deritanya yang menjadi pelajaran berguna untuk seluruh ummat manusia. Nabi ayyub sakit-sakitan tidak pernah mengeluh dengan penyakitnya. Siti Masyitah harum namanya karena dia rela menderita demi menjaga imannya. Nabi kita yang mulia, Muhammad SAW di hina dan caci maki oleh sukunya tapi tetap teguh menegakkan agama ini. Apa yang menyebabkan mereka bertahan di dalam kebenaran? Karena mereka sangat mencintai Tuhannya. Ingatlah, semakin tinggi derita yang kau alami akan semakin tinggi derajatmu disisi Tuhan asal imanmu tidak pernah berubah.

Anakku….
Jalan kau tempuh ini hanya bisa dilewati oleh para pemberani. Para sahabat Nabi utama; Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali adalah orang-orang pemberani yang mempertaruhkan nyawanya demi tegaknya Agama Islam Mulia Raya ini. Kalau engkau penakut, lebih baik engkau berhenti disini saja, jangan lanjutkan perjalanan ini karena engkau pasti akan gagal. Jalan ini telah di isi oleh lautan air mata kepedihan para Nabi dan Rasul, telah di genangi oleh darah para suhada dan itu akan tetap berlangsung sampai akhir zaman. Kalau engkau siapkan mentalmu maka berjalanlah bersamaku niscaya engkau akan ku tutun dengan selamat kepada-Nya.
Anakku…
Suatu saat nanti Tuhan langsung akan mengujimu. Ingatlah kisah ahli ibadah zaman dahulu yang dinaikkan maqamnya kepada maqam sangat mulia sehingga Tuhan berkata, “Wahai hambaku yang baik dan mulia, mintalah kepadaku, segala permintaanmu akan Aku penuhi, apakah engkau menginginkan maqam abdul qadir? Atau maqam Abu Yazid?”. Jika suatu saat engkau di uji seperti itu maka serahkanlah segala sesuatu kepada-Nya, jangan engkau meminta apapun karena setiap permintaanmu justru akan membuat engkau terjatuh. Para Guru kita mengajarkan bahwa do’a tertinggi adalah “Engkau yang ku maksud, ridha-Mu yang aku tuntut” dan maqam tertinggi itu tidak lain menjadi Hamba yang baik.

Anakku…
Jalan menuju surga itu penuh duri dan air mata.
Apakah kita harus mengalami sakit?
Ya
Apakah harus menjalani derita?
Ya
Apakah harus tertumpah air mata?
Ya
Dan hanya air mata orang Zikirullah yang bisa memadamkan neraka.
Kalau engkau masih merasakan sakit, susah, kecewa dan tersinggung maka sebenarnya engkau masih lemah, jalani semua cobaan Tuhan dengan sabar dan tawakal. Disaat semua penderitaan dan kesusahan yang menimpamu tidak mempengaruhimu sedikitpun, maka disaat itulah engkau telah mengalami pencerahan dan engkau telah menjadi manusia kuat dalam arti yang sebenarnya. Bukankah nabi kita telah mengingatkan melalui sabdanya, “Orang kuat bukanlah orang yang mengalahkan musuh di medan pertempuran akan tetapi orang yang bisa menahan marah disaat dia bisa marah”.

Anakku…
“Surga di bawah telapak kaki ibu”, begitulah sabda Nabi. Akan tetapi bisakah seorang Ibu yang belum masuk surga bisa memasukkan anaknya ke dalam surga? Atau surga di bawah telapak kaki ibu yang dimaksud oleh nabi itu hanyalah surganya anak-anak? Pertanyaan ini biar engkau saja yang menjawabnya.
Surga itu akan bisa engkau capai setelah melewati 70.000 rasa dan akhirnya engkau akan diberi sebuah kunci surga yaitu “LA ILAHAILLALLAH, MUHAMMAD RASULULLAH”. Itulah bentengmu dunia dan akhirat.

Anakku….
Apa beda ucapan “LA ILAHAILALLAH” yahudi, atheis dengan Wali Allah?
Yahudi sangat fasih mengucapkan kalimah itu, lebih fasih dari dirimu, lebih fasih dari ulama di negeri kita karena yahudi itu juga orang Arab, akan tetapi sayang nya ucapan yahudi hanya dimulut saja dan tidak ada kontak dengan Allah. Bukan ukuran fasih nya, akan tetapi bagaimana engkau bisa beserta dengan yang punya Nama. Nama Allah diturunkan dari sisi-Nya sendiri barulah berlaku berlaku di alam ini. Nama Presiden harus dikeluarkan lawat jalur resmi, turun kepada para menteri kemudian kepada Gubernur sampai ke aparat desa barulah nama itu bisa keramat dan ditakuti serta dipatuhi oleh segenap warna negara termasuk aparat negara. Kalau engkau ambil nama itu bukan lewat jalur yang Haq maka nama itu hanya menjadi sebuah nama saja tidak ada power nya. Kun Fayakun akan terjadi apabila yang mengucapkannya adalah Allah sendiri dan orang yang beserta Allah yang disalurkan lewat jalur yang Haq dengan menggunakan Metode (thariqat) yang benar pula.

NASEHAT GURU KEPADA MURIDNYA

Anakku….

Jalan kau tempuh ini hanya bisa dilewati oleh para pemberani. Para sahabat Nabi utama; Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali adalah orang-orang pemberani yang mempertaruhkan nyawanya demi tegaknya Agama Islam Mulia Raya ini. Kalau engkau penakut, lebih baik engkau berhenti disini saja, jangan lanjutkan perjalanan ini karena engkau pasti akan gagal. Jalan ini telah di isi oleh lautan air mata kepedihan para Nabi dan Rasul, telah di genangi oleh darah para suhada dan itu akan tetap berlangsung sampai akhir zaman. Kalau engkau siapkan mentalmu maka berjalanlah bersamaku niscaya engkau akan ku tutun dengan selamat kepada-Nya.

Anakku…

Jangan engkau sibukkan dirimu dengan mengurus setan diluar, kalahkan dulu setan dalam perutmu maka engkau akan sanggup mengalahkan setan di luar perutmu.

Akan tetapi suatu saat nanti engkau akan berterima kasih pada setan karena hakekatnya dia diciptakan untuk membuat para penempuh jalan kebenaran menjadi hati-hati dan kuat. Setan itu lawan tandingmu namun suatu saat dia tidak akan bisa lagi mempengaruhimu, ketika engkau telah menyatu dengan Tuhan, maka tidak ada lagi sesuatu selain Dia.



Anakku…

Suatu saat nanti Tuhan langsung akan mengujimu. Ingatlah kisah ahli ibadah zaman dahulu yang dinaikkan maqamnya kepada maqam sangat mulia sehingga Tuhan berkata, “Wahai hambaku yang baik dan mulia, mintalah kepadaku, segala permintaanmu akan Aku penuhi, apakah engkau menginginkan maqam abdul qadir? Atau maqam Abu Yazid?”. Jika suatu saat engkau di uji seperti itu maka serahkanlah segala sesuatu kepada-Nya, jangan engkau meminta apapun karena setiap permintaanmu justru akan membuat engkau terjatuh. Para Guru kita mengajarkan bahwa do’a tertinggi adalah “Engkau yang ku maksud, ridha-Mu yang aku tuntut” dan maqam tertinggi itu tidak lain menjadi Hamba yang baik.



Anakku…

Jalan menuju surga itu penuh duri dan air mata.

Apakah kita harus mengalami sakit?

Ya

Apakah harus menjalani derita?

Ya

Apakah harus tertumpah air mata?

Ya

Dan hanya air mata orang Zikirullah yang bisa memadamkan neraka.

Kalau engkau masih merasakan sakit, susah, kecewa dan tersinggung maka sebenarnya engkau masih lemah, jalani semua cobaan Tuhan dengan sabar dan tawakal. Disaat semua penderitaan dan kesusahan yang menimpamu tidak mempengaruhimu sedikitpun, maka disaat itulah engkau telah mengalami pencerahan dan engkau telah menjadi manusia kuat dalam arti yang sebenarnya. Bukankah nabi kita telah mengingatkan melalui sabdanya, “Orang kuat bukanlah orang yang mengalahkan musuh di medan pertempuran akan tetapi orang yang bisa menahan marah disaat dia bisa marah”.



Anakku…

“Surga di bawah telapak kaki ibu”, begitulah sabda Nabi. Akan tetapi bisakah seorang Ibu yang belum masuk surga bisa memasukkan anaknya ke dalam surga? Atau surga di bawah telapak kaki ibu yang dimaksud oleh nabi itu hanyalah surganya anak-anak? Pertanyaan ini biar engkau saja yang menjawabnya.

Surga itu akan bisa engkau capai setelah melewati 70.000 rasa dan akhirnya engkau akan diberi sebuah kunci surga yaitu “LA ILAHAILLALLAH, MUHAMMAD RASULULLAH”. Itulah bentengmu dunia dan akhirat.



Anakku….

Apa beda ucapan “LA ILAHAILALLAH” yahudi, atheis dengan Wali Allah?

Yahudi sangat fasih mengucapkan kalimah itu, lebih fasih dari dirimu, lebih fasih dari ulama di negeri kita karena yahudi itu juga orang Arab, akan tetapi sayang nya ucapan yahudi hanya dimulut saja dan tidak ada kontak dengan Allah. Bukan ukuran fasih nya, akan tetapi bagaimana engkau bisa beserta dengan yang punya Nama. Nama Allah diturunkan dari sisi-Nya sendiri barulah berlaku berlaku di alam ini. Nama Presiden harus dikeluarkan lawat jalur resmi, turun kepada para menteri kemudian kepada Gubernur sampai ke aparat desa barulah nama itu bisa keramat dan ditakuti serta dipatuhi oleh segenap warna negara termasuk aparat negara. Kalau engkau ambil nama itu bukan lewat jalur yang Haq maka nama itu hanya menjadi sebuah nama saja tidak ada power nya. Kun Fayakun akan terjadi apabila yang mengucapkannya adalah Allah sendiri dan orang yang beserta Allah yang disalurkan lewat jalur yang Haq dengan menggunakan Metode (thariqat) yang benar pula.



Anakku…

Lima Puluh Tahun aku me-riset ilmu zikir dan aku mengambil kesimpulan bahwa tidak ada jalan yang lebih mudah menghampiri diri dengan Allah kecuali melalui Tharikatullah.

NASEHAT GURU KEPADA MURIDNYA

Sufimuda….

Hidup yang kamu jalani tidaklah selalu mulus, ibarat botol kosong yang dilempar kedalam lautan, kadang kala dia tenggelam seperti tak kembali, tiba-tiba dia muncul lagi di atas. Jika kamu berpegang kepada Tali Allah, kadangkala kamu di beri ujian berat, tenggelam seperti botol itu, tapi kamu akan tetap di atas walau dalam pandangan manusia tidak kelihatan, waktu akan membawa kamu kembali ke puncak.

Sufimuda…

Pernah kamu lihat tanaman anggur? Supaya dia berbuah harus dipangkas terlebih dulu seluruh daun-daunnya. Dalam menggapai kebenaran, Tuhan menguji hamba-Nya dengan derita dan kesusahan, harta kita habis seperti yang dialami oleh Nabi Ayub alaihisalam. Apa yang diambil Tuhan dari sisimu akan dikembalikan lagi dengan yang lebih baik menurut-Nya. Tuhan berjanji kepada hamba-Nya, hilang akan diganti kalaupun kurang akan ditambahi.

Sufimuda….

Janganlah engkau meminta kepada manusia karena akan mengurangi kepasrahanmu kepada Tuhan. Mintalah segala sesuatu kepada Tuhan. Sesunguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. Barangsiapa yang pasrah kepada-Nya maka Dia akan mencukupi segala kebutuhannya dan Dia akan mendatangkan rizki dari jalan yang tidak pernah kita duga.

Sufimuda…

Utang mesti dibayar memintapun ada batasnya. Hindarilah berutang kerena sesungguhnya utang itu dapat menciptakan permusuhan. Apabila kamu berutang segera lunasi agar hidup kamu menjadi tenang. Jangan pernah kamu mengambil harta orang lain yang bukan hak kamu walaupun Seribu Perak. Bagi orang kaya apalah arti uang Seribu, tapi bagi orang miskin uang sebesar itu akan dibandingkan dengan harga garam.

Sufimuda…

Kita tidak bisa melawan syetan, jangankan abangnya syetan, anak syetanpun tidak bisa kita lawan. Bagaimana mau melawan sesuatu yang tidak bisa kita lihat sedangkan dia terus mengawasi kita. Tidak ada jalan keluar kecuali selalu ber zikir kepada Tuhan. Karena sesungguhnya yang ditakuti syetan itu cuma Allah semata.

Sufimuda…

Hati-hati lah terhadap 3 hal yaitu : Harta, Wanita dan Tahta, karena hampir semua penempuh jalan kebenaran jatuh dalam tiga hal tersebut. Syetan masuk kepada hal yang menyenangkan. Hindarilah sifat ingin senang, ingin dipandang dan ingin menang agar kamu selamat dunia dan akhirat.

Sufimuda….

Tidak ada derita atas nama cinta. Para Nabi dan orang-orang pilihan Tuhan yang tercatat dalam al-Qur’an itu terkenal karena apa? Terkenal dengan deritanya yang menjadi pelajaran berguna untuk seluruh ummat manusia. Nabi ayyub sakit-sakitan tidak pernah mengeluh dengan penyakitnya. Siti Masyitah harum namanya karena dia rela menderita demi menjaga imannya. Nabi kita yang mulia, Muhammad SAW di hina dan caci maki oleh sukunya tapi tetap teguh menegakkan agama ini. Apa yang menyebabkan mereka bertahan di dalam kebenaran? Karena mereka sangat mencintai Tuhannya. Ingatlah, semakin tinggi derita yang kau alami akan semakin tinggi derajatmu disisi Tuhan asal imanmu tidak pernah berubah.

NASEHAT IBU UNTUK ANAKNYA

Kepada anak-anakku yang…………SENDIRI

Cinta ibarat kupu-kupu. Makin kau kejar, makin ia menghindar. Tapi bila kau biarkan ia terbang, ia akan menghampirimu di saat kau tak menduganya. Cinta bisa membahagiakanmu tapi sering pula ia menyakiti, tapi cinta itu hanya istimewa apabila kau berikan pada seseorang yang layak menerima. Jadi tenang-tenang saja, jangan terburu-buru dan pilihlah yang terbaik.

Kepada anak-anakku yang…………TIDAK SENDIRI

Cinta bukannya perkara menjadi “orang sempurnanya” seseorang. Justru perkara menemukan seseorang yang bisa membantu menjadikan dirimu sesempurnanya.

Kepada anak-anakku yang…………PLAYBOY/PLAYGIRL

Jangan katakan “Aku cinta padamu” bila kau tidak benar-benar peduli. Jangan bicarakan soal perasaan-perasaan bila itu tidak benar-benar ada. Jangan kau sentuh hidup seseorang bila kau berniat mematahkan hati. Jangan menatap ke dalam mata bila apa yang kau kerjakan hanya berbohong. Hal terkejam yang bisa dilakukan ialah membuat seseorang jatuh cinta, padahal kau tidak berniat sama sekali ‘tuk menerimanya saat ia terjatuh.

Kepada anak-anakku yang…………SUDAH MENIKAH

Cinta bukan urusan “Ini salahmu!”, tapi “Maafkan aku, ya?” Bukan “Kau dimana!”, tapi “Aku disini, kenapa?” Bukan “Kok bisa sih kau begitu?”, tapi “Aku ngerti.” Dan juga bukan “Coba, seandainya kau……”, tetapi “Terima kasih ya, kau begitu….”

Kepada anak-anakku yang…………BERTUNANGAN

Tolak ukur bukannya untuk saling mencocoki berapa lama waktu yang kalian habiskan bersama, melainkan untuk berapa saling baiknya kalian berdua.

Kepada anak-anakku yang…………PATAH HATI

Sakit patah hati bertahan selama kau menginginkannya, dan akan mengiris luka sedalam kau membiarkannya. Tantangannya bukanlah bagaimana bisa mengatasi, melainkan apa yang bisa diambil sebagai pelajaran dan hikmahnya.

Kepada anak-anakku yang…………NAIF

Bila kau jatuh cinta, mau jatuh jatuhlah tapi jangan sampai terjerumus, tetaplah konsisten tapi jangan terlalu “ngotot”, berbagilah dan jangan sekali-kali tidak fair, berpengertianlah dan cobalah untuk tidak menuntut. Siap-siaplah untuk terluka dan menderita, tapi jangan kau simpan semua rasa sakitmu itu.

Kepada anak-anakku yang…………MENGUASAI

Hatimu patah melihat yang kau cintai berbahagia dengan orang lain, tapi akan lebih sakit lagi mengetahui bahwa yang kau cintai ternyata tidak bahagia denganmu.

Kepada anak-anakku yang…………TAKUT MENGAKUI

Cinta menyakitkan bila engkau putuskan hubungan dengan seseorang. Itu malah lebih sakit lagi bila seseorang memutuskan hubungan denganmu. Tapi cinta paling menyakitkan bila orang yang kau cintai sama sekali tidak mengetahui perasaanmu terhadapnya.

Kepada anak-anakku yang…………MASIH BERTAHAN

Hal menyedihkan dalam hidup ialah bila kau bertemu seseorang lalu jatuh cinta, hanya kemudian pada akhirnya menyadari bahwa dia bukanlah jodohmu dan kau telah menyiakan bertahun-tahun untuk orang yang tidak layak.

Kepada semua anak-anakku…………

Harapanku, dapatkan seorang pria/wanita yang cintanya jujur, kuat dan besar, matang serta dewasa, tidak selalu berubah, pandai menopang, pelindung, penyemangat, penuh syukur, dan tidak egois.

PESAN RASUL UNTUK MENGGAPAI KEBAGAGIAAN HIDUP

Suatu ketika ada sahabat Rosulullah SAW yang bernama Abu Dzar Alghifary bertanya kepada Rosulullah Saw tentang bagaimana mencapai kebahagiaan. Lalu Rosulullah bersabda kepada Abu Dzar:

Wahai sahabatku kalau kamu ingin mencapai kebahagiaan hidup maka kerjakan hal sebagai berikut:

“Perbaharui kapalmu karena samudera yang akan kau arungi sangat begitu dalam dan luas. Siapkan bekalmu karena perjalanan yang akan kau lalui sangat begitu jauh. Turunkan bebanmu karena bukit yang akan kau daki sangat begitu tinggi dan sulit untuk didaki. Ikhlaskan pekerjaanmu karena hakimnya nanti adalah Yang Maha melihat”

Dalam hadist ini, terkandung pesan nabi untuk menggapai kebahagiaan hidup yang hakiki, yakni sebagai berikut:

#1. Perbaharui kapalmu karena samudera yang akan kau arungi sangat begitu dalam dan luas

Langkah pertama untuk menggapai kebahagiaan hidup adalah senantiasa memperbaharui Kapal. Kapal di sini berarti IMAN. Dalam mengarungi hidup, kita diibaratkan nahkoda kapal yang sedang mengarungi samudera. Dalam perjalanannya selalu ada angin dan badai gelombang yang menerpa. Walaupun begitu, kapal harus tetap jalan. Agar selamat sampai tujuan, diperlukan kapal (IMAN) yang kuat dan tangguh.

Perbaruilah IMAN setiap saat. Sesungguhnya tantangan hidup akan selalu berubah setiap saat dan tempat. Tantangan hidup dahulu berbeda dengan tantangan hidup zaman sekarang dan masa mendatang. Begitu pula tantangan hidup di desa akan berbeda dengan tantangan hidup di perkotaan.

Jika mimiliki IMAN yang kuat, niscaya terhindar dari berbagai rintangan hidup, terutama rongrongan pola pikir dan perilaku kaum yahudi dan nasroni. Nabi pernah memperingatkan, “Suatu saat umatku akan mengikuti kaum Yahudi dan nasrani, bahkan ketika mereka masuk ke lubang biawak pun, umatku mengikutinya”.

#2. Siapkan bekalmu karena perjalanan yang akan kau lalui sangat begitu jauh

Langkah kedua untuk mencapai kebahagiaan hidup adalah mempersiapkan bekal yang banyak. Yang dimaksud bekal di sini bukanlah dunia atau material, melainkan amal kebajikan. Setiap saat hendaknya disibukkan dengan usaha memperbaharui kualitas ibadah, akhlaq, integritas diri, serta kontribusi / manfaat bagi orang lain. Sebaliknya, tidak menghabiskan waktu dan potensi untuk urusan dunia semata.

#3. Turunkan bebanmu karena bukit yang akan kau daki sangat begitu tinggi dan sulit untuk didaki

Langkah ketiga adalah turunkan beban, maksudnya jangan banyak melakukan dosa dan kesalahan. Setiap langkah haruslah diperhitungkan. Dan perhitungan yang paling utama adalah agama. Semakin tinggi pohon, semakin berat angin yang menerpa. Namun ia akan semakin kuat dan menjadi perlindungan. Begitu juga dengan kehidupan, semakin berusaha menjadi lebih baik, semakin berat juga tantangan dan rintangan. Tidak ada kemuliaan dan pangkat terhormat yang diraih dengan kemalasan. Ujung baik haruslah diawali dengan awal yang baik.

#4. Ikhlaskan pekerjaanmu karena hakimnya nanti adalah Yang Maha melihat

Pesan terakhir adalah senantiasa menjaga keihklasan dalam segala amal. Usahakan segala apa yang kita kerjakan baik itu ibadah maupun kerjaan di dunia niatnya semata mata mencari ridho Allah SWT. Hal ini disebabkan hakim di akhirat kelak adalah Allah SWT yang maha melihat.

pengetahuan